Monthly Archives: January 2014

Bioteknologi Dalam Bidang Kesehatan

 

 

MATAKULIAH BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

 

TUGAS PENDAHULUAN

BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN

 Gambar

DISUSUN OLEH

LA ODE AKBAR RASYDY

150 2010 229

KELOMPOK III

 

 

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.     Latar Belakang

          Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,fungivirus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzimalkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.  Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputerbiologi molekularmikrobiologigenetikakimia,  matematika dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.

            Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan birroti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidangpertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksinantibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

        Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringanDNA rekombinan, pengembangbiakan sel indukkloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup daripolusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.

         Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh,  teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.

      Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Mengetahui perkembangan bioteknologi merupakan hal yang sangat menarik untuk di bahas dan di ketahui terlebih bila kita dapat mengembangkan suatu bioteknologi dan dapat bermanfaat bagi mahluk lain.

II.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bioteknologi Dalam Bidang Kesehatan ?
2. Bagaimana Bioteknologi Terapetik Dalam Kesehatan ?
3. Bagaimana Keamanan Bioteknologi Dalam BIdang Kesehatan ?

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

I.     Bioteknologi Kesehatan

       Bioteknologi memiliki manfaat yang cukup besar di bidang kesehatan antara lain dengan ditemukannya antibiotic dan vaksin.Antibiotik penisilin yang dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum telah ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929. Adapun pada tahun 1939 oleh Rene Dubois mengisolasi dua antibiotic gramisidin dan tirosidin modern yang pertama dan tergolong luas penggunaannya. Penisilin dihasilkan selama pertumbuhan dan metabolism cendawan tertentu, yaitu Penicillium notatum danPenicillium Chrysogenum. Senyawa antibiotic yang dihasilkan jamur ini sangat efektif terhadap bekteri gram positif, khususnya pneumokokus dan beberapa stafilokokus. Beberapa bakteri gram negative,spiroketa yang merupakanpenyebab sifilis.

      Setelah antibiotic penisilin ditemukan, banyak penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman yang dapat disembuhkan.Namun, beberapa jenis bakteri lain menghasilkan enzim yang dapat menghambat kerja penisilin sehingga tahan terhadap penisilin.Akibatnya, beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut tidak dapat sembuh. Kerena itu, para ahli berusaha menemukan obat lain pembasmi bakteri yang kebal terhadap penisilin. Jenis antibiotic lain yang dihasilkan oleh jamur/cendawan, antara lain : sefalosporin dan streptomisin.

     Sefalosporin merupakan sekelompok antibiotic yang dihasilkan oleh suatu spesies cendawan laut, Cephalosporium Acremonium. Antibiotik ini aktif tehadap banyak bakteri gram positif dan negative serta tidak dapat dirusak oleh penisilinase. Yaitu enzim yang terdapat dalam bakteri yang mampu merusak penisilin. Streptomisin dihasilkan oleh Streptomyces Griseus, yaitu bakteri tanah yang diisolasikan oleh Walksman dan teman-temannya. Antibiotikini efektif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negative yang pathogen dan Mycobacterium Tuberculosis. Oleh karena itu, Streptomisin menjadi antibiotic untama untuk penderita TBC seebagai komoterapI. Akan tetapi, beberapa bakteri dapat dengan cepat menjadi resistan dan meningkat toksisitasnya jika penggunaan antibiotic berlangsung dalam waktu lama. Meskipun demikian, streptomisin tetap dianggap sebagai obat utama dalam penggobatan tuberculosis.

Bioteknologi di bidang kesehatan dewasa ini difokuskan untuk penemuan obat-obatan dalam hal-hal seperti tersebut di bawah ini:

1. Memerangi penyakit jantung dan saluran darah, kanker dan kencing manis.
2. Mendapatkan antibiotika yang lebih baik dan lebih murah untuk melawan penyebaran mikroorganisme menular yang resisten
3. Menemukan vaksin untuk melawan virus (hepatitis, influenza, rabies) dan penyakit malaria serta penyakit tidur.
4. Dapat melakukan uji diagnosis yang cepat dan tepat untuk membantu dokter dalam menentukan diagnosis berbagai penyakit.
5. Penyempurnaan metode pencangkokan organ yang sesuai agar tidak terjadi proses penolakan.
6. Penyempurnaan teknik perbaikan kimia tubuh untuk menyembuhkan penyakit keturunan, misalnya hemofili.

      Sebelum rekayasa genetika dikembangkan untuk memerangi diabetes dilakukan ekstraksi insulin dari pankreas babi atau lembu. Hal ini akan memakan banyak sekali biaya dan insulin yang dihasilkan dapat mengakibatkan hipersensitivitas maupun resistensi. Setelah teknik rekayasa genetika dikembangkan, maka sekarang telah dapat dibuat insulin manusia oleh bakteri. Ini dilakukan dengan jalan menyematkan gen pengkode pembentukan insulin manusia pada bakteri.

         Untuk membuat insulin, mula-mula membuat rancangan urutan ADN yang mengode asam amino insulin yang telah diketahui. Kemudian diikuti dengan sintesis kimiawi gen rantai A dan gen rantai B insulin, tetapi pembuatannya dilakukan secara terpisah. Masing-masing mengandung kodon metionin pada ujung 5’ (yang tentunya menjadi ujung amino protein yang ditranslasikan) dan menghentikan urutan pada ujung 3’. Masing-masing gen disisipkan ke dalam gen β-galaktosidase plasmid. Kemudian dimasukkan ke dalam E. coliE. colidibiakkan dalam medium yang mengandung galaktosa sebagai sumber C dan sumber energi dan bukan glukosa. Sebab itu bakteri akan mensintesis β-galaktosidase. Bersamaan dengan ini disintesis pula rantai A dan rantai B insulin, yang dilekatkan oleh sisa metionin. Setelah pelarutan bakteri, maka perlakuan dengan sianogen bromida akan memecah protein pada metionin. Dengan demikian rantai insulin akan terpisah dari β-galaktosidase. Rantai-rantai dimurnikan dan digabungkan, maka terjadilah insulin asli manusia.

      Saat ini sedang dikembangkan pendekatan sintetik lain, gen untuk molekul pemula insulin atau proinsulin disintesis dan disisipkan ke dalam E. coli. Proinsulin yang dihasilkan dimurnikan. Proinsulin dicerna dengan enzim tripsin dan karboksipeptidase, maka terjadilah insulin manusia .

 

II.     Bioteknologi Teraupetik

             Penerapan bioteknologi konvensional dan modern di bidang kesehatan telah membawa kemajuan yang pesat. Beberapa contoh penerapan bioteknologi taraupetik modern di bidang kesehatan antara lain sebagai berikut.

1.     Pembuatan Hormon Insulin

Pembuatan hormon insulin dilakukan dengan rekayasa genetika. Melalui rakayasa genetika, manusia berhasil menyisipi bakteri Escherichia coli dengan gen pembentuk insulin pada manusia. Gen penghasil insulin manusia tersebut dapat mengarahkan sel E.coli untuk menghasilkan insulin. Dengan demikian bakteri ini mampu membentuk insulin yang mirip dengan insulin manusia. Insulin yang diperoleh dapat digunakan untuk mengobati penderita diabetes. Insulin yang dibentuk bakteri ini terbukti lebih baik daripada insulin hewani dan tidak menimbulkan dampak negatif pada tubuh manusia.

2.     Antibodi Monoklonal

       Antibodi merupakan protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan dan melindungi tubuh dari infeksi bakteri. Melalui rekayasa genetika, manusia dapat membentuk antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal yaitu antibodi yang diperoleh dari penggabungan sel penghasil antibodi dengan sel yang terkena penyakit. Pada teknologi antibodi monoklonal digunakan sel-sel tumor dan sel-sel limpa manusia. Sel-sel tumor dapat memperbanyak diri tanpa henti, sedangkan sel limpa sebagai antigen yang menghasilkan antibodi. Hasil penggabungan kedua sel tersebut dinamakan sel hibridoma. Sel hibridoma dapat memproduksi antibodi secara kontinyu. Antibodi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker atau tumor. Antibodi ini akan menyerang sel-sel kanker tanpa merusak sel-sel yang seh

3.    Interferon

       Interferon merupakan sel-sel tubuh yang mampu menghasilkan senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut dapat membunuh virus. Interferon berguna untuk melawan infeksi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Produksi interferon dilakukan melalui rekayasa genetika.

4.    Pembuatan Vaksin

     Pembuatan vaksin dilakukan melalui rekayasa genetika. Vaksin dibuat dengan mengisolasi gen yang mengkode antigen dari mikrobia yang bersangkutan. Gen tersebut disisipkan pada plasmid yang sama tetapi telah dilemahkan. Mikrobia yang telah disisipi gen tersebut akan membentuk antigen murni. Jika antigen ini disuntikkan pada tubuh manusia, sistem kekebalan tubuh akan membentuk antibodi yang berfungsi melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Selain bioteknologi modern, ada juga produk bioteknologi konvensional di bidang kesehatan yaitu antibiotik.

       Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme terutama bakteri dan jamur yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri atau mikroorganisme yang lain. Dengan demikian, antibiotik digunakan untuk melawan infeksi bakteri atau jamur. Selain itu, ada juga vaksin yang dibuat dengan menerapkan bioteknologi konvensional. Pembuatan vaksin jenis ini tidak melalui rekayasa genetika. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dilemahkan. Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh manusia dengan suntikan atau oral. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh manusia aktif melawan mikroorganisme tersebut.

 

III.    Keamanan Bioteknologi

     Bekerja dengan bioteknologi berati bekerja dengan mikroorganisme  baik alamiah maupun yang mengalami mutasi atau rekombinasi. Mungkin semua orang mengetahui dengan pasti sifat organisme yang digunakan, yang mungkin kurang mengenalnya, terutama hasil mutasi atau manipulasi genetik. Oleh sebab itu perlu adanya keamanan pada saat penelitian maupun terhadap produk yang dihasilkan. Beberapa hal yang dapat menimbulkan rasa aman tersebut antara lain adalah digunakannya prosedur standar labotarium (Good Laboratary practice), terdapat regulasi untuk penggunaan mikroorganisme tertentu maupun standar produk yang dihasilkan terutama yang diperuntukkan untuk pangan dan kesehatan manisia. Standar keamanan dan regulasi tersebut sudah ada dan diterapkan dengan ketat pada beberapa negara.

       Keamanan dari suatu produk bioteknologi sangat berkaitan dengan kualitas dari produk yang dihasilkan. Masing-masing produk bioteknologi baik itu dibidang farmasi, pertanian, pangan dan kimia mempunyai kekurangan dan berbahaya bila peraturan penggunaan yang tidak baik. Misalnya produk bioteknologi dibidang pangan yang menggunakan teknik bantuan mikroba dalam membantu proses pembuatan produk, seperti yoghurt, sosis, wine dan lain sebagainya. Proses pembuatan produk memerlukan terapan sanitasi dan pemilihan mikroba yang baik sesuai kebutuhan, karena dengan tidak adanya penerapan sistem tersebut tidak akan menghasilkan suatu produk yang baik untuk dikonsumsi melainkan membawa penyakit terhadap manusia.

     Setiap produk yang menggunakan bantuan mikroba atau stater dalam proses pembuatannya, perlu diperhatikan tingkat keasaman atau pH produk. Setiap mikroorganisme memiliki tingkat pH, Aw dan suhu untuk tetap hidup serta nutrisi. Mikroba patogen merupakan musuh terbesar dari suatu produk pangan, mikroba ini dapat mengakibatkan produk membusuk dan membawa penyakit serta membuat ketahanan (shelf live) produk menurun. Untuk mengatasi terjadinya kontaminan mikroba patogen perlu dilakukan tahap penyimpanan yang baik, baik itu suhu dan Kadar Aw produk.

       Sistem ketahanan produk pangan sangat tergantung jenis kemasan (packing) yang digunakan. Fungsi dari kemasan adalah menjaga produk tetap bersih dan melindungi dari terjadi kontaminan, sehingga produk bisa tahan lebih lama. Setiap produk berbeda bahan baku yang dipakai untuk kemasan, baik kemasan plastik, gelas dan kaleng (logam). Untuk menjaga keamanan suatu produk, diberi label yang berfungsi sebagai informasi kepada konsumen. Didalam label terdapat beberapa unsur yaitu:

a. Nama produk
b. Label halal
c. Komposisi
d. Kodebar
e. Kadarluarsa
f. Dinas kesehatan dan BPOM
g. SNI produk  

        Peraturan pemerintah tentang kelayakan suatu produk dipasarkan dapat menjamin keamanan dan ketahanan produk. Banyak produk bioteknologi yang memasuki pasaran menggantikan produk sebelumnya, seperti pada produk obat, diagnosa dan pertanian. Perubahan yang sangat besar memungkinkan akan terjadi pada bidang diagnosa, suatu saat akan banyak penyakit yang dapat didiagnosa dini menggunakan kit diagnosa dan dapat dilakukan sendiri. Pada bidang lain, bioteknologi akan meningkatkan produksi pertanian dengan baik dan kemungkinan akan mengurangi tenaga kerja.

      Cukup banyak riset yang bisa membawa dampak kurang menguntungkan bagi manusia. Apakah riset dilakukan terhadap mikroorganisme lain, apalagi yang berkaitan dengan manusia. Untk menjaga kemungkinan penyalah gunaan riset ini, perlu adanya suatu regulasi dan etika menyangkut penelitian bioteknologi yang dikenal sebagai bioetika. Bioetika merupakan studi interdisiplineer tentang masalah yang ditimbilkan oleh penelitian biologi dan kedokeran baik pada skala mikro maupun makro serta dampaknya pada masyarakat luas dan sistem tata nilainya saat ini dan masa datang.oleh karena itu bioetika sangat perlu diterapkan dan penerapannya memerlukan kajian yang tuntas dari segala disiplin ilmu.

 

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan makalah ini dan literature yang didapatkan maka dapat kami menarik sebuah garis-garis besar tentang peranan bioteknologi dalam kehidupan manusia sebagai berikut.

  1. Bioteknologi dapat diartikan sebagai pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi dengan  menggunakan makhluk hidup sebagai alat bantu untuk menghasilkan produk atau jasa guna kepentingan manusia. Bioteknologi bukanlah suatu disiplin ilmu melainkan penerapan ilmu (suatu teknik dalam biologi).
  2. Pemanfaatan bioteknologi meliputi bioteknologi dalam kesehatan, pertanian, peternakan dan pangan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, http://majidsyahreza89.wordpress.com/2012/01/16/bioteknologi-dalam-bidang-kesehatan/. Bioteknologi dalam bidang kesehatan. Diakses pada hari kamis, tanggal 28 Maret 2013.

Anonim, http://efinawawi-anastasia.blogspot.com/2011/12/peranan-bioteknologi-dalam-kehidupan.html. peranan bioteknologi dalam kehidupan manusia. Diakses pada hari kamis, tanggal 28 Maret 2013.

Anonim, http://blogku–inspirasiku.blogspot.com/2012/06/makalah-bioteknologi.html. Makalah Bioteknologi. Diakses pada hari kamis, tanggal 28 Maret 2013.

Anonim, http://biosejati.wordpress.com/2012/04/02/penerapan-bioteknologi-di-bidang-kesehatan/. Penerapan bioteknologi dalam bidang kesehatan. Diakses pada hari kamis tanggal 28 maret 2013.

 

Warning Kanker Payudarah (Breast Cancer)

islam11

DISUSUN OLEH ;

LA ODE AKBAR RASYDY

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

      Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (Baradero, 2008). Menurut WHO (2004),  angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih banyak dari angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS, bahkan UICC (Union Internationale Contre Le Cancer) memperkirakan jumlah penderita kanker di negara berkembang pada tahun 2020 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru tiap tahunnya.

       Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada perempuan, yakni mencapai 18% dari semua kanker yang terjadi pada perempuan. Setiap tahun terjadi 1 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia. (McPherson et al., 2000). Etiologi kanker payudara bersifat multifaktor yang mencakup faktor-faktor genetik, lingkungan dan reproduksi yang saling berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks (Kubba, 2003).

Faktor-faktor risiko reproduksi untuk kanker payudara meliputi nuliparitas atau tidak pernah melahirkan, kehamilan pertama aterm yang terlambat, menarke atau menstruasi pertama pada usia dini, serta menopause terlambat (McPherson et al., 2000). Kelahiran pertama atau memiliki anak pertama kali berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara selama 10 tahun setelah kelahiran. Namun setelah waktu 10 tahun tersebut, risiko kanker payudara yang berhubungan dengan kelahiran menurun apabila kelahiran terjadi sebelum usia 32 tahun. Tetapi jika kelahiran pertama terjadi setelah usia 32 tahun, penurunan risiko tersebut tidak terjadi dan perempuan tersebut akan memiliki risiko sepanjang hidup yang lebih besar  dibandingkan dengan perempuan yang belum memiliki anak (Kelsey et al., 1997).

      Bukti-bukti lain yang menyatakan bahwa kanker payudara berhubungan dengan faktor-faktor reproduksi adalah insidensi kanker payudara seratus kali lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki (Kubba, 2003). Di samping merupakan faktor risiko untuk kanker payudara, faktor reproduksi juga merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium dan endometrium.

Berdasarkan angka statistik, kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi nomor 2 setelah kanker leher rahim pada wanita di Indonesia dan terdapat kecenderungan peningkatan angka kejadian kanker payudara dari tahun ke tahun. di Indonesia, berdasarkan Patological Based Registration atau berdasarkan pencatatan pemeriksaan jaringan pada tahun 2005, kanker payudara diperkirakan di Indonesia mempunyai angka kejadian minimal 20 ribu kasus baru pertahun, dengan kenyataan 50% kasus baru ditemukan pada keadaan stadium lanjut.

B. Rumusan Masalah

            Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makaah ini adalah :

  1. Apa yang di maksud dengan kanker payudara ?
  2. Bagaimana insiden / pravalensi kanker payudarah yang terjadi ?
  3. Bagaimana Etiologi dari kanker payudarah ?
  4. Bagaimana Tanda dan Gejala Kanker Payudarah yang terjadi ?
  5. Bagaimana Patofisiologi kanker payudarah ?
  6. Bagaimana cara untuk mediagnosa kanker payudarah ?
  7. Bagaimana pemilihan Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi Kanker Payudarah ?
  8. Bagaimana penanganan dan pemilihan terapi bagi seorang penderita Kanker Payudaah (studi kasus) ?

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Adapun maksud dari makalah ini adalah untuk mengetahui insiden dan prevalensi kanker payudara,patofisiologi kanker payudara,terapi farmakologi dan terapi non farmakologi kanker payudara, interaksi obat pada pengobatan kanker payudara,dan Penanganan kasus pada penyakit kaker payudara

2. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menentukan insiden dan prevalensi kanker payudara,patofisiologi kanker payudara,terapi farmakologi dan terapi non farmakologi kanker payudara, interaksi obat pada pengobatan kanker payudara,dan Penanganan kasus pada penyakit kaker payudara

D. Manfaaat

         Memberikan informasi ke pada masyarakat tentang penyakit kanker payudara sehingga sedini mungkin dapat menjaga pola hidup agar dapat hidup lebih sehat sehingga terhindar dari penyakit yang sangat membahayakan ini khususnya untuk para wanita.

BAB II

KAJIAN TEORI

A.   Nama Penyakit

Kanker Payudara

B.   Defenisi penyakit

Gbr1-Kanker-Payudara-Parah

Famale Breast cancer foto074

                                                   Male Breast cancer

Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2003).     Kanker payudara adalah benjolan pada payudara yang tumbuh secara abnormal terus menerus dan tidak terkendali (Menurut Cahyani cit Pramadhiani :2000). Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas (Mansjoer).

Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara.Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita.  Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000.  Tidak diketahui secara pasti faktor apa yang menyebabkan sel-sel di payudara menjadi kanker. Namun, sejumlah faktor risiko untuk kanker payudara pria telah teridentifikasi.

Sekitar 85% kanker payudara pada pria memiliki reseptor estrogen pada membran selnya. Reseptor estrogen pada membran sel memungkinkan molekul estrogen untuk berikatan dengan sel-sel kanker. Estrogen mengikat sel-sel kanker dan merangsang pertumbuhan dan multiplikasi sel.

Sindrom Klinefelter merupakan faktor risiko utama untuk kanker payudara pria karena laki-laki dengan kondisi tersebut adalah 20 kali lebih mungkin untuk terserang kanker payudara dibandingkan laki-laki pada umumnya. Sindrom Klinefelter adalah kondisi di mana bayi laki-laki dilahirkan dengan kadar estrogen yang jauh lebih tinggi dari normal. Sejumlah gen yang bermutasi juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara laki-laki. Misalnya, mutasi gen BRAC2 telah ditemukan pada sekitar 5% dari pria dengan kanker payudara.

Ada juga bukti bahwa kanker payudara pria dapat terjadi dalam satu keluarga. Data terbaru menemukan 1 dari 5 pria yang mengidap kanker payudara, memiliki pertalian darah tingkat pertama, seperti ayah, atau kakak, yang juga memiliki sejarah kanker payudara.

C.   Insiden / Prevalensi

Untitled-1 copy

Depirro, 2008

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia dari sekitar 10 juta orang penderita kanker lebih dari 6 juta meninggal setiap tahunnya. Peningkatan jumlah ini tampak jelas dibandingkan dua dekade sebelumnya yang hanya berjumlah 6 juta orang dan 4 juta di antaranya meninggal setiap tahun. Selain itu, WHO menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati (WHO, 2002).

Insiden kanker payudara sangat bervariasi antara populasi yang berbeda . Perempuan di Western Eropa dan Amerika Serikat memiliki insiden yang lebih tinggi daripada perempuan di sebagian besar belahan dunia lain , mungkin sebagian karena tingginya asupan protein hewani dan lemak . Perempuan kulit putih di Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengembangkan kanker payudara dibandingkan dengan wanita Amerika Afrika .

Kematian akibat kanker payudara , bagaimanapun, adalah lebih tinggi pada wanita Amerika Afrika daripada kelompok etnis atau ras lainnya . Meskipun penyebab diskrit kanker payudara tidak dapat diidentifikasi pada wanita individu, banyak faktor meningkatkan risiko wanita terkena penyakit. Salah satu yang terkuat dari faktor risiko adalah riwayat keluarga , terutama jika lebih dari satu familymember telah mengembangkan kanker payudara pada usia dini .

Di India, insiden kanker payudara meningkat. dengan perkiraan jumlah kasus baru yang terdiagnosa sejumlah 80.000 setiap tahunnya (Anderson SR dkk, 2003). Di Malaysia kanker payudara telah menjadi penyebab kematian yang pertama pada wanita. Angka kematian spesifik per 100.000 penduduk meningkat dari 3,7% (1982) menjadi 5.8% (1990).

Di Indonesia, angka kejadian kanker payudara ini sulit diperkirakan. Hal ini terjadi karena hingga saat ini belum ada lembaga registrasi bertaraf nasional yang memiliki data lengkap dan akurat yang dapat digunakan sebagai acuan. Tahun 1995 terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit (Tjindarbumi, 1995 dalam Pane M, 2003).

Jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia meningkat hampir 12% per tahun dan semakin banyak wanita usia kisaran 20 tahun yang menderita kanker payudara.Kasus kanker payudara 5%-10% diturunkan dalam anggota keluarga, 50% anak-anak dari ibu yang carrier akan menurunkan mutasi gen ke anak (Anjarwati, 2008).

D.   Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

a. Tinggi melebihi 170 cm

“Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas”.

b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
d. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
e. Wanita yang belum mempunyai anak
f.  Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
g. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
h. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
i.  Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46).

F. Tanda dan Gejala

          Pada tahap awal kanker payudara, biasanya tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejala di bawah ini mungkin muncul (Anita, 2007).

a.   Benjolan yang tidak hilang atau permanen dan menggumpal,

biasanya tidak sakit dan   terasa   keras bila disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak.

b.   Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
c.   Kerutan pada kulit payudara.
d.   Keluar cairan tidak normal dari puting susu

yang berupa nanah, darah, cairan encer atau   keluar air susu pada ibu tidak hamil atau tidak sedang menyusui.

e.   Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu.

E.   Patofisiologi Penyakit

       Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka dapat menentukan  stadium dari kanker.  Mengidentifikasikan stadium kanker sangat penting untuk menentukan langkah pengobatan selanjutnya. Untuk menentukan stadium kanker, American Joint Committee on Cancer menggunakan kategori berdasarkan sistem klasifikasi TNM, yang terdiri dari ukuran tumor (Tumor Size), nodul yang teraba (Palpable Nodes), dan penyebaran kanker (Metastasis).

atau download vidioax agar lebih mudah dipahami disini http://www.youtube.com/watch?v=qA-_zh_ntE0

Stadium 0
Sel-sel kanker masih berada di dalam saluran payudara (breas duct), belum menginvasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.

Stadium I
Stadium I terdiri dari T1 N0 M0, tumor primer berukuran kurang dari atau sama dengan 2 cm dan tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening.

Stadium II A
Stadium II A terdiri dari T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0, tumor primer tidak ditemukan dan ada nodul pada ketiak yang teraba berjumlah 1 sampai 3, atau ditemukan tumor primer berukuran kurang dari 2 cm dan teraba nodul pada ketiak berjumlah 1 sampai 3 atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan hasil biopsi dari kelenjar mamaria yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan fisik, atau ditemukan tumor primer berukuran antara 2 cm -5 cm tapi tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening.

Stadium II B
Stadium II B terdiri dari T2 N1 M0/ T3 N0 M0, tumor primer berukuran antara 2 cm -5 cm tapi ada penyebaran nodul pada ketiak berjumlah 1-3 buah atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan hasil biopsi dari kelenjar mamaria, atau tumor primer berukuran lebih dari 5 cm dan tidak ada penyebaran sel kanker.

Stadium III A
Stadium III A terdiri dari T0-2 N2 M0/ T3 N1-2 M0, tumor primer berukuran kurang dari 5 cm dan ada penyebaran ke kelenjar getah bening pada ketiak berjumlah 4-9 buah nodul atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan hasil biopsi dari kelenjar mamaria, atau tumor primer berukuran lebih dari 5 cm dan ada penyebaran ke kelenjar getah bening pada ketiak sebanyak 1-9 buah nodul atau ke kelenjar getah bening mamaria, tidak ada penyebaran jauh (metastasis jauh)

Stadium III B
Stadium III B  terdiri dari T4 N0-2 M0, tumor primer dengan berbagai ukuran yang sudah menyebar langsung ke dinding dada atau ke kulit dan bisa terjadi penyebaran kelenjar getah bening sebanyak 9 buah nodul pada ketiak atau tidak ditemukan. Tidak ada penyebaran (metastasis) jauh.

Stadium IV
Tumor primer sudah menyebar keluar dari payudara ke bagian-bagian tubuh yang lain seperti tulang, hati, paru, dan otak.

F.    DIAGNOSIS

            Diagnosis Awal : tujuannya adalah untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya kanker payudara. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara dan serta terapi dini dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan terapi lebih banyak kepada pasien.

Tiga diagnosis dini yang dapat dilakukan yaitu:
1.  SADARI (Periksa Payudara Sendiri)

Sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid. Intinya adalah dengan melihat kesimetrisan atau perubahan bentuk payudara, meraba untuk mengetahui ada tidaknya benjolan pada permukaan payudara dan pada ketiak bagian bawah, dan memencet puting untuk mengetahui ada tidaknya cairan/darah yang keluar.

2.  SARANIS (Periksa Payudara Secara Klinis)

Jika terdapat ketidaknormalan payudara dari SADARI, maka dilanjutkan ke SARANIS. Prosedurnya sama seperti SADARI, tetapi dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk lebih memastikan kondisi payudara apakah hal yang dicurigai termasuk kanker atau bukan.

3.  Mammography

Yaitu pemeriksaan penunjang dengan X-ray pada payudara. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara yang tidak terlihat saat pemeriksaan fisik. Mammography dapat mendeteksi adanya massa (gumpalan) dan mikrokalsifikasi. Pemeriksaan ini cukup efektif untuk wanita berusia di atas 40 tahun. Selanjutnya, jika ditemukan ada kelainan atau kecurigaan dari serangkaian deteksi dini di atas, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis pasti.

Diagnosis Lanjutan, umumnya ;

1.  Ultrasound

Yaitu menggunakan gelombang suara yang diarahkan pada jaringan payudara. Hasilnya diterima oleh komputer dan diinterpretasikan dalam bentuk gambar. Ultrasound dapat memperlihatkan adanya padatan (benjolan), kista atau campuran keduanya. Kista tidak selalu menunjukkan terjadi kanker, namun padatan (benjolan) kemungkinan kanker.

2.  MRI

Dapat memperlihatkan perbedaan antara jaringan yang normal dan jaringan yang tidak normal. Jika terdapat benjolan yang dapat teraba, atau adanya ketidaknormalan dari imaging (Mammography, Ultrasound, atau MRI) maka dilakukan:

3.  Biopsi

Untuk menentukan adanya sel kanker dan tipe sel kanker tersebut, dan status hormone reseptor (ER/PR) dan status gen HER2 (human epidermal growth factor receptor-2). Biospi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu biopsi jarum dan biopsi eksesional (dengan pembedahan).

G.   Terapi Famakologi Dan Non Farmakologi

1.    Terapi non farmakologi

a.   Operasi/Pembedahan/Mastektomi

Dilakukan untuk menghilangkan tumor primer. Operasi diindikasikan pada kanker payudara stadium dini (stadium I dan II), kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu, keganasan jaringan lunak pada payudara. Operasi dikontraindikasikan pada kondisi tumor melekat dinding dada, edema lengan, nodul satelit yang luas, mastitis inflamator.

Ada beberapa macam mastektomi:

  1. Lumpektomi: adalah pengambilan benjolan dan sedikit jaringan normal payudara yang mengelilingi benjolan tersebut.
  2. Mastektomi Total atau Sederhana: adalah pengambilan keseluruhan payudara termasuk puting susu, beberapa dari nodus limfe di bawah ketiak seringkali diambil pada prosedur ini untuk dilakukan biopsi. Kadang-kadang operasi dilakukan untuk kedua payudara (double mastectomy) yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara.
  3. Mastektomi Radikal: adalah pengambilan keseluruhan payudara, nodus limfe aksila, dan otot pektoral (dinding dada) di bawah payudara.
  4. Mastektomi Radikal Termodifikasi: melibatkan pengambilan keseluruhan payudara dan beberapa nodus limfe aksila, tetapi otot pektoral masih dipertahankan. Operasi ini paling banyak dilakukan untuk wanita dengan kanker payudara yang keseluruhan payudaranya harus dibuang.

b.    Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar atau partikel berenergi tinggi. Terapi dengan menggunakan radiasi/ penyinaran digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastasis tulang, metastasis kelenjar limfe aksila. Ini dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi untuk tumor yang terlokalisasi pada suatu area. Radiasi memberikan efek samping berupa peradangan otot, kelelahan, kulit menjadi gatal, kering, dan kemerahan. Efek samping radiasi yang jarang terjadi adalah cacat paru-paru, lymphoedema, kerusakan hati, sarkoma (kanker jenis lainnya).

Terapi radiasi ada dua jenis yaitu:

1.    Radiasi eksternal

Radiasi diberikan secara eksternal (dari luar tubuh)  dimana radiasi ini dihasilkan oleh mesin sinar-X berenergi tinggi yang disebut linear accelerator. Radiasi eksternal biasanya tidak diberikan sebelum jaringan payudara yang dioperasi sembuh. Apabila pasien diberi kemoterapi, terapi radiasi biasanya ditunda sampai kemoterapi telah selesai. Prosedur radiasi eksternal ini tidak sakit, dan hanya menghabiskan waktu beberapa menit. Umumnya radiasi eksternal diberikan 5 kali seminggu selama 6-7 minggu. Dosis radiasi yang diberikan adalah 45-50 Gy dengan 1,2-2 Gy/fraksi atau 42,5 Gy dengan 2,66 Gy/fraksi.

2.    Radiasi internal (Brachytherapy)

Brachytherapy atau radiasi internal menggunakan zat radioaktif yang ditempatkan secara langsung ke dalam jaringan payudara dekat dengan daerah kanker. Radiasi internal umumnya digunakan sebagai booster dengan dosis 10-16 Gy dengan 2 Gy/fraksi. Metodenya ada dua yaitu Intracavitary brachytherapy (dengan menggunakan balon berisi radioaktif yang ditanam dalam jaringan payudara) dan Interstitial brachytherapy (menggunakan kateter yang diberikan pelet radioaktif).

c.    Pola Hidup Sehat

  1. Memakan sayuran dan buah-buahan terutama yang mengandung vitamin C
  2. Menghindari rokok dan alkohol
  3. Berolah raga secara teratur.
  4. Mengurangi lemak.
  5. Mengkonsumsi suplemen anti-oksidan.
  6. Makan lebih banyak serat.
  7. Makan lebih banyak tahu dan makanan yang mengandung kedelai.
  8. Mengurangi terlalu banyak makanan gorengan dan juga yang mengandung  protein dan lemak tinggi serta jeroan.
  9. Membatasi makanan yang diolah dengan suhu tinggi dan lama atau dengan pengolahan tertentu yang dapat menimbulkan prokarsinogen seperti makanan yang diasinkan, diasap, dibakar, dipanggang sampai keluar arang (gosong) . Yang terbaik adalah makanan yang direbus.
  10. Hati-hati dengan penggunaaan pemanis buatan, pewarna makanan serta zat pengawet yang berlebihan. Makanan terbaik adalah makanan segar.

2.    Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi pada kanker payudara dapat berupa adjuvant atau neo adjuvant. Terapi neoadjuvant diberikan sebelum operasi dilakukan. Tujuannya adalah untuk membuat modalitas terapi lain lebih efektif  dengan mengurangi kelimpahan tumor dan merusak mikrometastasis. Terapi adjuvant adalah penggunaan agen sistemik yang diberikan mengikuti terapi operasi dan pembedahan untuk memusnahkan penyakit mikrometastasis.

Terapi farmakologi terdiri dari kemoterapi, terapi endokrin, dan terapi biologi. Pemilihan regimen terpai farmakologi yang akan digunakan tergantung pada status menopause, stadium kanker, status hormon reseptor ER/PR, dan status HER-2 dari pasien.

a.  Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat yang bersifat sitotoksik baik secara parenteral ataupun oral. Kemoterapi bekerja dengan menyerang sel-sel yang membelah dengan cepat sehingga obat ini dapat bekerja pada sel kanker. Tetapi sel-sel lain dalam tubuh seperti sumsum tulang, epitel usus, folikel rambut adalah sel yang membelah dengan cepat sehingga sangat dipengaruhi oleh kemoterapi. Kemoterapi bersirkulasi secara sistemik sehingga dapat mengobati kanker primer dan penyakit metastasis. Berdasarkan hasil beberapa studi, regiman kemoterapi kombinasi lebih efektif dibandingkan agen kemoterapi tunggal. Pemberian awal kemoterapi kombinasi efektif ketika tumor masih kecil sehingga dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan dan meminimalkan munculnya klon sel tumor yang resisten terhadap obat.

Kemoterapi biasanya diawali 3 minggu setelah operasi penghilangan tumor primer.Walaupun durasi optimal pemberian kemoterapi tidak diketahui dengan pasti, tetapi biasanya diberikan 12 – 24 minggu dan tergantung dari regimen yang digunakan. Pemberian kemoterapi dilakukan secara bersiklus dengan tiap periodenya diikuti periode recovery. Intensitas dosis dan densitas dosis menjadi faktor penting untuk mencapai hasil terapi kanker payudara yang optimal. Intensitas dosis adalah jumlah obat yang diberikan per unit waktu dan biasanya ditulis dalam milligram per luas permukaan tubuh per minggu (mg/m2 per minggu). Peningkatan dosis, penurunan waktu, atau keduanya dapat meningkatkan intensitas dosis. Densitas dosis adalah suatu cara untuk mencapai intensitas dosis tetapi tidak dengan meningkatkan jumlah obat yang diberikan misalnya dengan peningkatan dosis, tetapi dengan menurunkan siklus pemberian obat.

Berikut adalah kemoterapi yang sering digunakan dalam terapi kanker payudara.

1.  Inhibitor topoisomerase: Adriamisin(doxorubicyn), Epirubicin

Merupakan kemoterapi turunan antrasena. Inhibitor topoisomerase berinterkalasi dengan DNA sehingga menyebabkan perubahan struktur yang akan mengganggu sintesis DNA dan RNA.

2.  Zat pengalkilasi: Cytoxan (cyclophospamide)

Merupakan kemoterapi turunan nitrogen mustard. Cytoxan membentuk ikatan kovalen antara gugus alkil yang reaktif dengan gugus nukleofilik dari protein atau asam nukleat sehingga menyebabkan crosslink DNA dan replikasi DNA terhambat.

3.  Antimetabolit: 5-Fluorouracil, Gemcitabine, Methotrexate

5-Fluorouracil merupakan analog basa pirimidin uracil. Dimetabolisme menjadi menjadi bentuk aktif fluorodeoxyuridine monophosphate, dengan adanya folat bentuk aktif ini berikatan dan mengganggu kerja timidilat sintase yang berperan dalam sintesis basa timidin.

Gemcitabine merupakan kemoterapi analog cytidine. Gemcitabine bergabung dengan DNA sehingga menghambat aktivitas DNA polimerase. Juga menghambat aktivitas enzim ribonukleotida reduktase yang berfungsi mengubah ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida.

Methotrexate merupakan kemoterapi yang bersifat antifolat. Bekerja dengan menghambat kerja dihidrofolat reduktase (DHFR) yang berperan dalam mengubah folat menjadi tetrahidrofolat, dimana tetrahidrofolat diperlukan dalam sintesis purin dan timidin pada DNA.

4.  Taxane: Paclitaxel, Docetaxel

Merupakan kemoterapi yang bersifat antimitotik. Bekerja dengan cara berikatan dengan tubulin sehingga  menginduksi polimerisasi tubulin, membentuk mikrotubul nonfungsional dan menghambat angiogenesis.

b. Terapi endokrin

Terapi endokrin atau terapi hormonal hanya bisa digunakan jika status hormon reseptor pasien ER/PR positif. Sasaran terapi endokrin pada kanker payudara adalah menurunkan tingkat estrogen yang bersirkulasi atau mencegah efek estrogen terhadap sel kanker payudara (terapi sasaran) dengan cara menghambat reseptor hormon atau menurunkan kehadiran reseptor tersebut. Keberhasilan sasaran pertama tergantung pada status menopause pasien, tetapi keberhasilan sasaran kedua tidak tergantung pada status menopause.

Terdapat 6 kelas terapi endokrin kanker payudara, yaitu:

1.  Inhibitor aromatase: anastrozole, letrozole, dan exemestane

Enzim aromatase mengkatalisis pengubahan androgen menjadi estrogen di ovarium pada wanita pre menopause dan di jaringan ekstra glandular; termasuk payudara dan sel kanker payudara pada wanita post menopause. Oleh karena itu, inhibitor aromatase dapat menurunkan secara efektif tingkat estrogen yang bersirkulasi. Inhibitor aromatase hanya digunakan pada wanita post menopause.

2.  Anti estrogen

Anti estrogen berikatan dengan reseptor estrogen yang menghambat reseptor transkripsi gen sehingga menghambat efek estrogen pada target. Kelas agen dibagi menjadi dua kategori farmakologi, yaitu Selective Estrogen Receptors Modulators (SERMs), contohnya tamoxifene dan toremifene, serta anti estrogen murni atau Selective Estrogen Receptors Downregulating (SERDs) yaitu fulvestrant.

3.   Analog Luteinizing Hormon Releasing Hormon (LHRH): goserelin, leuprolide, triptorelin

Mekanisme analog LHRH pada kanker payudara adalah menurunkan reseptor LHRH di pituitari. Penurunan jumlah hormon luteinizing menyebabkan penurunan estrogen.

4.  Progestin: megestrol acetate, medroxyprogesterone

Progestin merupakan obat third-line setelah pasein gagal pada inhibitor aromatase dan anti estrogen.

5.   Estrogen: diethylstilbestrol, ethinyl estradiol, estrogen terkonjugasi

Estrogen dosis tinggi dapat digunakan untuk pengobatan kanker payudara metastasis namun sampai sekarang mekanismenya tidak jelas diketahui. Sekarang terapi estrogen telah digantikan dengan terapi anti estrogen.

6.  Androgen:fluoxymesterone

Androgen dosis tinggi juga jarang digunakan karena efek sampingnya dan terdapat obat pilihan yang lebih dapat ditoleransi (contohnya inhibitor aromatase).

c.  Terapi Biologi

Terapi biologi adalah terapi bertarget dan disebut juga imunoterapi yang akan memicu sistem imun untuk melawan kanker. Terapi biologi hanya dapat digunakan pada kanker payudara yang status HER-2-nya positif.

1.  Transtuzumab

Trastuzumab adalah antibodi monoklonal manusia yang terikat dengan epitop spesifik dari protein Human Epidermal Growth Factor Reseptor (HER-2). Mekanisme kerja trastuzumab adalah dengan memblokir pertumbuhan sel tumor, mensinyal imun dan bekerja bersama kemoterapi.Transtuzumab telah disetujui dalam terapi kanker payudara metastatis sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan paclitaxel. Transtuzumab juga menunjukkan manfaat dalam pengobatan ajuvan pada kanker payudara yang positif HER-2 yang diberikan selama 1 tahun dalam kombinasi dengan kemoterapi.

2.  Lapatinib

Lapatinib adalah inhibitor tyrosine kinase yang menarget HER2 dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR atau HER1). Molekul kecil ini bekerja intraselular untuk mematikan secara aktif jalur signal dari dua reseptor tersebut sehingga menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel. Lapatinib digunakan untuk kanker payudara metastasis, terutama yg tidak berespon pada kemoterapi dan transtuzumab. Umumnya diberikan dalam kombinasi dengan capecitabine.

d.    Interaksi obat

Obat antineoplastik (juga disebut sitotoksik atau kadang-kadang cytostatics)digunakan dalam pengobatan penyakit ganas sendiri atau bersama dengan radioterapi, operasi atau imunosupresan. Mereka juga menemukan aplikasi dalam pengobatan sejumlah gangguan autoimun seperti arthritis arthritis dan psoriasis, dan beberapa digunakan dengan imunosupresan lainnya obat (siklosporin, kortikosteroid) untuk mencegah penolakan transplantasi. Ini obat lain yang ditangani di bawah bagian “imunosupresan .(hal.1009).

Dari semua obat yang dibahas dalam publikasi ini, obat antineoplastik yang antara yang paling beracun dan memiliki indeks terapeutik yang rendah. Ini berarti bahwa peningkatan cukup kecil di tingkat mereka dapat menyebabkan perkembangan yang serius dan toksisitas yang mengancam jiwa.

Daftar obat antineoplastik yang ditampilkan
dalam bagian ini muncul dalam ‘Tabel 17.1’, (bawah), dikelompokkan berdasarkan utama mereka mekanisme aksi. Tabel ini juga mencakup sejumlah hormon antagonis yang digunakan dalam pengobatan kanker. Tidak seperti kebanyakan monograf interaksi lain dalam publikasi ini,beberapa informasi tentang obat antineoplastik berasal dari hewan eksperimen dan penelitian in vitro, sehingga konfirmasi relevansi klinis mereka masih diperlukan.

Alasan untuk termasuk data ini adalah bahwa antineoplastik obat sebagai kelompok tidak meminjamkan diri siap dengan jenis studi klinis yang dapat dilakukan dengan banyak obat lain, dan ada tampaknya akan menjadi pembenaran dalam hal ini untuk termasuk bukti tidak langsung semacam ini. Tujuannya bukan untuk membuat prediksi yang pasti, tapi untuk memperingatkan pengguna kemungkinan interaksi.

NAMA OBAT

INTERAKSI OBAT

Altretamine ( Hexamethylmelamine ) + Antidepresan Hipotensi ortostatik parah telah dijelaskan pada pasien yang diberikan altretamine dengan baik phenelzine , amitriptyline atau imipramine .
Altretamine ( Hexamethylmelamine ) + pyridoxine ( Vitamin B6 ) Piridoksin mengurangi neurotoksisitas terkait dengan altretamine , tetapi juga mengurangi efektivitas.
9 – Aminocamptothecin + antiepileptics Antiepileptics enzim -inducing dapat menurunkan kadar serum 9 – aminocamptothecin
Aminoglutethimide + Danazol Danazol dapat mengurangi efektivitas aminoglutethimide
Aminoglutethimide + Diuretik Sebuah laporan kasus tunggal menjelaskan hiponatremia , yang terjadi setelah pasien telah mengambil aminoglutethimide dan bendroflumethiazide selama 10 bulan
Asam 5 – aminolevulinic + St John Wort ( Hypericum perforatum ) Sebuah laporan kasus terisolasi menggambarkan reaksi fototoksik parah dikaitkan dengan efek sinergis dari asam 5 – aminolevulinic dan wort St John .
Anastrozole + Miscellaneous Anastrozole tidak muncul untuk berinteraksi dengan aspirin , cimetidine , digoxin , OAD atau quinapril . Hal ini juga tampaknya tidak berpengaruh pada enzim sitokrom P450 , sehingga tidak mungkin untuk berinteraksi dengan obat-obatan yang dipengaruhi oleh induser enzim atau inhibitor
Anthracyclines + siklosporin Dosis tinggi meningkat ciclosporin tingkat serum dan myelotoxicity doxorubicin . Sebuah laporan terisolasi menjelaskan neurotoksisitas parah dan koma pada pasien yang telah mengambil ciclosporin dan kemudian kemudian diberikan doxorubicin . Siklosporin juga dapat meningkatkan daunorubisin , epirubicin , idarubicin sebuah mitoxantrone kadar serum .
Anthracyclines + kalsium channel blocker Verapamil dapat meningkatkan efektivitas doxorubicin dalam sistem kultur jaringan dan meningkatkan kadar doxorubicin pada pasien . D – verapamil dapat mengubah farmakokinetik epirubicin dan mungkin meningkatkan sumsum tulang nya efek depresan .
Anthracyclines + Taxanes Toksisitas terkait dengan kombinasi paclitaxel dengan doxorubicin atau epirubicin tergantung pada urutan administrasi. Beberapa perubahan farmakokinetik sederhana dapat terjadi ketika paclitaxel dan epirubicin diberikan bersama-sama . Kombinasi doxorubicin dan paclitaxel lebih kardiotoksik daripada doxorubicin saja : paclitaxel
meningkatkan kadar doxorubicin namun doxorubicin tidak mengubah tingkat paclitaxel . Docetaxel sederhana dapat mempengaruhi farmakokinetik epirubicin dan doxorubicin .
Anthracyclines ; Aclarubicin + antineoplastics Lain Tulang efek depresan sumsum aclarubicin dapat menjadi parah pada pasien yang sebelumnya telah diobati dengan nitrosoureas atau mitomycin . Aclarubicin tampaknya tidak berinteraksi dengan siklofosfamid , sitarabin , enocitabine ( behenoyl sitarabin ) , fluorouracil , mercaptopurine , tioguanine atau vincristine
Anthracyclines ; Doksorubisin + Barbiturat Efek dari doxorubicin dapat dikurangi oleh barbiturat .
Anthracyclines ; Doksorubisin + Tamoxifen Tamoxifen tampaknya tidak berpengaruh signifikan terhadap farmakokinetika
doxorubicin
Anthracyclines ; Epirubicin + Simetidin Simetidin dapat meningkatkan kadar serum epirubicin
Antineoplastics + Aprepitant Aprepitant tidak berpengaruh terhadap farmakokinetika dosis tunggal docetaxel . Aktivasi siklofosfamid dan thiotepa sedikit lebih rendah pada pasien yang menerima aprepitant , tapi ini tidak relevan secara klinis . Namun , karena kemungkinan peningkatan toksisitas produsen merekomendasikan hati-hati dengan keganasan terutama dimetabolisme oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 , khususnya irinotecan , dan juga etoposid , vinorelbine , paclitaxel , ifosfamide , imatinib , vinblastin dan vinkristin , meskipun tampaknya ada beberapa terbatas bukti penggunaan bersamaan aman
Antineoplastics + faktor Colony – stimulating Karena peningkatan risiko myelosupresi , faktor penstimulasi koloni seperti filgrastim , lenograstim , dan molgramostim tidak boleh diberikan pada saat yang sama sebagai antineoplastik sitotoksik myelosuppressive .
Antineoplastics + antagonis 5 – HT3 – reseptor Beberapa bukti menunjukkan ondansetron secara sederhana dapat mempengaruhi farmakokinetik siklofosfamid dan cisplatin tetapi tidak muncul untuk mempengaruhi orang-orang dari carmustine . Ondansetron tidak mempengaruhi aktivitas in vitro dari epirubicin , bleomycin , cisplatin atau estramustine . Cisplatin dan fluorouracil tidak mempengaruhi
farmakokinetik ondansetron . Dalam studi in vitro granisetron potentiated efek sitotoksik epirubicin , memiliki efek aditif pada bleomycin dan estramustine aktivitas dan tampaknya tidak mempengaruhi metabolisme docetaxel dan paclitaxel .
Antineoplastics + Propofol Ada dua laporan terisolasi sakit parah terjadi ketika pasien yang sebelumnya menerima kemoterapi intravena diberikan propofol intravena melalui vena tangan.
Antineoplastics + megestrol Ada beberapa in vitro bukti yang menunjukkan bahwa megestrol asetat mungkin memusuhi aktivitas antitumor dari cisplatin . Dalam satu studi klinis megestrol mengurangi tingkat respon terhadap etoposid dengan cisplatin tapi di tempat lain tidak berpengaruh pada tingkat respon terhadap siklus siklofosfamid , doxorubicin dan vincristine bergantian , dan etoposida dengan cisplatin
Antineoplastics + Protease inhibitor Penggunaan protease inhibitor rejimen berbasis telah ditemukan terkait
dengan insiden yang lebih tinggi infeksi dan neutropenia pada pasien yang menerima cyclophosphamide , doxorubicin dan etoposid ( KPB ) dari penggunaan rejimen berbasis NNRTI .
Antineoplastics + Semaxanib Kombinasi semaxanib , cisplatin dan gemcitabine telah menyebabkan kejadian yang tak terduga tinggi kejadian tromboemboli
Antineoplastics + Vaksin Respon kekebalan tubuh ditekan oleh antineoplastik sitotoksik .
Efektivitas vaksin mungkin buruk dan infeksi umum dapat terjadi pada pasien diimunisasi dengan vaksin hidup .
Antineoplastics + Tamoxifen Antineoplastik  dan tamoxifen yang dikaitkan dengan peningkatan risiko trombosis dan ada kemungkinan bahwa penggunaan gabungan mereka dapat lebih meningkatkan risiko ini .
Bexaroterie + Miscellaneous Gemfibrozil meningkatkan kadar plasma Bexaroterie . Produsen memperingatkan bahwa , secara teoritis , inhibitor CYP3A4 ( azoles , jus jeruk , protease inhibitor dan beberapa macrolides ) mungkin dapat meningkatkan kadar Bexaroterie , sedangkan CYP3A4 induser ( fenitoin , fenobarbital , rifampisin ( rifampisin ) ) mungkin dapat mengurangi mereka.Mereka juga menunjukkan bahwa kemanjuran kontrasepsi oral mungkin
berkurang , dan efek darah meningkat penurun glukosa dapat terjadi dengan insulin atau obat antidiabetes oral. Tidak ada interaksi tampaknya terjadi antara Bexaroterie dan atorvastatin atau levothyroxine
Bleomycin + Cisplatin Cisplatin dapat meningkatkan toksisitas paru bleomycin dengan mengurangi ekskresi ginjal nya . Iskemia digital dan trombosis arteri juga telah dijelaskan pada pasien yang menerima kedua obat .
Bicalutamide + Phenazone ( Antipyrine ) Hasil dari studi interaksi antara bicalutamide dan phenazone menunjukkan bicalutamide yang tidak mungkin untuk berinteraksi dengan obat lain melalui induksi enzim .
Bleomycin + faktor Colony – stimulating bersamaan granulosit colony-stimulating factor atau granulosit – makrofag colony-stimulating factor telah dikaitkan dengan peningkatan kejadian bleomycin menginduksi toksisitas paru .
Busulfan + azoles Itrakonazol , tetapi tidak flukonazol , secara sederhana mengurangi clearance busulfan . Ada beberapa bukti terbatas yang menunjukkan bahwa penggunaan busulfan dengan ketokonazol dapat meningkatkan risiko penyakit hati veno – oklusif .
Bleomycin + Oksigen Serius dan berpotensi fatal toksisitas paru dapat berkembang pada pasien yang diobati dengan bleomycin yang terkena konsentrasi oksigen konvensional selama anestesi
Busulfan + Benzodiazepin Diazepam dan lorazepam tidak muncul untuk mengubah farmakokinetik busulfan .
Busulfan + Ketobemidone Ketobemidone dapat meningkatkan tingkat plasma busulfan
Busulfan + Tioguanine Ada bukti bahwa penggunaan jangka panjang busulfan dengan tioguanine meningkatkan risiko hiperplasia nodular regeneratif hati , hipertensi portal , dan varises esofagus
Busulfan + Fenitoin Fenitoin meningkatkan pembersihan busulfan dan menurunkan kadar serum . Tingkat subterapeutik fenitoin dapat terjadi terhadap busulfan
Cetuximab + irinotecan Tidak ada interaksi farmakokinetik terjadi antara cetuximab dan irinotecan .
Klorambusil + Prednison Sebuah laporan terisolasi menjelaskan kejang pada pasien , yang mungkin disebabkan oleh penggunaan klorambusil dengan prednison
Cisplatin + Aminoglikosida Toksisitas ginjal cisplatin yang potensial oleh antibakteri aminoglikosida seperti gentamisin dan tobramycin . Perhatian ekstra diperlukan pada pasien yang diobati dengan cisplatin dan membutuhkan antibakteri. Salah satu analisis retrospektif pada pasien yang memakai cisplatin , gangguan pendengaran tidak terkait dengan penggunaan bersamaan
ototoxic obat-obatan , termasuk tobramycin
Cisplatin + Diuretik Sebuah laporan tunggal menggambarkan perkembangan gagal ginjal pada pasien yang diobati dengan furosemide dan lainnya antihipertensi selama terapi (cisplatin) . Namun, perhatikan bahwa furosemide dapat digunakan untuk mempromosikan diuresis selama terapi cisplatin untuk mengurangi risiko studi hewan nephrotoxicity.ini menunjukkan bahwa efek merusak dari cisplatin pada telinga dapat meningkat dengan penggunaan bersamaan asam etacrynic atau furosemide analisis retrospektif efek ini pada pasien tidak ditemukan
Cisplatin + antagonis reseptor H2 Simetidin dan ranitidin mungkin tidak memiliki efek klinis yang relevan pada pembersihan ginjal cisplatin .
Cisplatin + Probenesid Data klinis yang tersedia menunjukkan bahwa nefrotoksisitas cisplatin dikurangi dengan probenesid , namun tetap tidak pasti.
Cyclophosphamide + Allopurinol Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kejadian depresi sumsum tulang serius yang disebabkan oleh siklofosfamid dapat ditingkatkan dengan allopurinol , tetapi ini tidak dikonfirmasi dalam studi terkontrol . Allopurinol dapat memperpanjang paruh siklofosfamid dan meningkatkan kadar metabolit sitotoksik.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. Kenali Kanker Payudara dengan SADARI. 2009. Diakses pada tanggal 20 oktober 2009. http://bidandesa.com/kenali-kanker-payudara-dengan-sadari

Meski  Angka  Kematian  Akibat  Kanker  Masih  Tinggi,  Penderita Masih Punya Harapan Sembuh. 2006. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009, http://www.eramuslim.com/berita/nasional/meski-angka-kematian-akibat-kanker-masih-tinggi-penderita-masih-punya-harapan-sembuh.htm

Penyakit  Kanker Payudara.  2009.  Diakses  pada  tanggal  20  Oktober 2009. http://www.suaramerdeka.com

Diprro, et al,. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Seventh Edition. New York Chicago San Francisco Lisbon London Madrid Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul Singapore Sydney Toronto

Deteksi  Dini  Kanker  Payudara.  2006.  Diakses  pada  tanggal  19 Oktober  2009.  http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0203/22/hikmah/ lainnya02. Htm

Masdalina  Pane.  Aspek  Klinis  &  Epidemiologi  Penyakit  Kanker  Payudara. 2007.  Diakses  pada  tanggal  19  Oktober  2009.  http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm

Persi. Periksa Payudara  Sebelum Terlambat.  2007. Diakses  pada  tanggal  20 0ktober  2009.  http://www.pdpersi.co.id/?show= detailnews &kode=1009&tbl=biaswanit.

Tim  Penanggulangan &  Pelayanan  Kanker  Payudara  Terpadu  Paripurna  R.S Kanker  Dharmais.  Penatalaksanaan  Kanker  Payudara  Terkini.  Edisi  1. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 2003.